SERANG – Hendak melakukan serangan kepada masyarakat di jalan, dua geng motor Allstar Tigaraksa dan Bikini Bottom, digulung petugas gabungan dari Polresta Tangerang, Polsek Cisoka dan Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Banten. Dalam penggerebekan yang dilakukan ditiga titik di wilayah, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang itu, polisi mengamankan 38 orang yang didominasi pelajar SMA dan SMK.
Kabidhumas Polda Banten AKBP Shinto Silitonga mengatakan penangkapan dua geng motor itu, merupakan instruksi Kapolda Banten Irjen Pol Rudi Heriyanto Adi Nugroho agar menindak tegas para pelaku teror jalanan atau geng motor yang meresahkan masyarakat. “Total 39 orang kita amankan. Dari jumlah itu, 9 anggota geng telah ditetapkan sebagai tersangka,” kata Kabid Humas saat ekpose di Mapolda Banten, Senin (20/12). Secara rinci, Shinto menambahkan kesembilan tersangka yaitu Ketua Berandalan AM (17), admin IG MEF (17) dan FR (17) serta SI (17), RAA (16), FH (16), dan BAW (15), EP alias Bogel (22) dan AKW (21). “Barang bukti 1 bilah golok sisir, 3 bilah pedang, 4 bilah celurit, 5 unit handphone, dan 3 unit sepeda motor,” tambahnya.
Shinto menjelaskan sesuai perbuatannya penyidik menjerat para berandal jalanan ini dengan Pasal 2 UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dan Pasal 55 KUHP karena kedapatan membawa senjata tajam yang dapat mengancam keselamatan orang lain dan terancam 10 tahun penjara. “Perbuatan mereka telah meresahkan masyarakat. Bahkan beberapa waktu lalu, sampai ada warga menjadi korban hingga meninggal dunia,” tegasnya.
Kasubbid Jatanras Kompol Akbar Baskoro penangkapan berawal dari ajakan secara live streaming yang didapat petugas di Instagram (IG) Allstar-Tigaraksa dan Bikini Bottom untuk melakukan penyerangan. “Dari informasi IG tersebut penyidik Ditreskrimum Polda Banten dan Satreskrim Polresta Tangerang melakukan tindakan preventive strike terhadap kelompok anak muda yang berkumpul di beberapa titik di wilayah Kecamatan Cisoka,” katanya.
Dalam penyelidikan, Shinto menegaskan motif dari pelaku yaitu ingin melakukan aksi kekerasan antar kelompok berandalan jalanan, dengan sasaran masyarakat secara random. “Mereka mempersiapkan diri dengan sajam dan memprovokasi melalui medsos, kemudian melakukan kekerasan dengan sasaran random,” jelasnya. (raden)