arnews – PSSI menegaskan proses naturalisasi pemain keturunan merupakan program jangka pendek Timnas Indonesia untuk mengajar ketertinggalan dari negara-negara lain dalam rangking FIFA.
Hal ini diungkapkan Wakil Ketua Umum PSSI Zainudin Amali saat menghadiri rapat kerja Komisi X DPR RI untuk membahas permohonan pemberian kewarganegaraan RI kepada Thom Haye, Ragnar OratMangoen, dan Marteen Paes di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (7/3).
Amali kembali menegaskan bahwa program naturalisasi pemain adalah program jangka pendek yang dilakukan Timnas Indonesia.
Hal ini dikatakan Amali saat menghadiri rapat kerja Komisi X DPR RI untuk membahas permohonan untuk kewarganegaraan RI untuk tiga pemain naturalisasi.
“Naturalisasi ini adalah program jangka pendek kita. Jangka panjang tetap harus berharap pada pembinaan kita,” kata Amali.
“Mudah-mudahan suatu saat nanti tidak perlu naturalisas, tapi untuk mengajar ketertinggalan kita, kalau kami sih bermimpinya berakhir di periode kepengurusan itu berada di peringkat 100 dunia. Sekarang alhamdulillah secara perlahan sudah 142,” kata Amali.
Sebagai wujud pembinaan usia muda itu, Amali menjelaskan program yang ia maksud adalah pembinaan usia muda berjenjang U-13. U-15, dan U-17 yang dikelola oleh Asprov, Askab, dan Askot PSSI.
Selain itu ada juga program pembinaan usai muda yang ditangani klub-klub di Indonesia mulai dari U-16, U-18, dan U-20 yang bermain di Elite Pro Academy (EPA).
“Sebagai contoh Piala Soeratin yang digelar di Kabupaten/kota itu U-13, U-15, dan U-17. Contoh coach Indra (Sjafri) sekarang sedang mempersiapkan untuk [Timnas Indonesia] U-20, nah itu ada hasil karena diambil dari pembinaan di Kabupaten/kota.”
“Kemudian di klub juga ada EPA, itu klub-klub diwajibkan regulasi PSSI membina U-16, U-18, U-20. Isi Timnas, di luar yang naturalisasi adalah mereka yang datang dari Kabupaten/kotaa dan dari klub-klub yang membina itu,” kata Amali.