Putin Buka Peluang Akhiri Perang Dengan Ukraina
arnews – Persiden Rusia Vladimir Putin membuka peluang untuk menyelesaikan perang dengan Ukraina yang sudah berlangsung sejak Februari lalu. Hal itu ia sampaikan pada Jumat (9/12).
Meskipun demikian, ia mengklaim masih merencanakan operasi militer khusus di Ukraina.
“Proses penyelesaian (perang) secara keseluruhan ya mungkin akan sulit dan memakan waktu. Tapu dengan satu dan lain cara, semua pertipisan dalam proses ini harus setuju dengan realitas yang terbentuk di lapangan,” kata Putin di Bshkek, Kyrgyzstan pada Jumat (9/12), dikutp dari The Guardian.
Pernyataan tersebut muncul Beberapa haru usai putin tampak mempersiapkan Rusia untuk perang yang berkempanjangan di Ukraina. Kala itu, Putin mengatakan operasi militernya bisa berlangsung dalam waktu Panjang.
Menurut rencana yang diambil pada awal perang, Presiden Rusia ini memperkirakan perang hanya akan berlangsung dalam hitungan munggu sebelum negaranya mendapatkan kemenangan. Namun, kini telah memasuki bulan ke-10 dan Rusia Bahkan dipukul mundur Beberapa kali akhir-akhir ini.
Putin mengklaim operasi militer berjalan sesuai rencana, meski fakta dilapangan berkata sebaliknya.
“Semua stabil. Tidak ada pertanyaan atau masalah di sana,” kata putin.
Terbaru, pada Kamis (8/12), Putin mengakui sebuah serangan pada pembangkit listrik Ukraina dilakukan oleh pihaknya. Namun, Putin menyalahkan Ukraina karena memulai tren serangan infrastruktur warga sipil, salah satunya ledakan di jembatan utama antara daratan Rusia dan semenanjung Krimea.
“Ya, kami melakukan itu,” kata Putin mengakui serangan di pembangkit listrik Ukraina.
“Tetapi siapa yang memulainya? Ada banyak keributan tentang serangan kami terhadap infrastruktur energi tetangga. Ini tidak akan mengganggu misi tempur kami,” tambahnya.
Di sisi lain, Ukraina membatah klaim Rusia bahwa serangan terhadap fasilitas energinya adalah pembalasan aras serangan jembatan Krech.
Badan Intelijen pertahanan Ukraina mengklaim unit militer Rusia telah menerima instruksi dari Kremlin untuk mempersiapkan serangan rudal besar-besaran seminggu sebelum serangan Jembatan Krimea.