arnews – Pengguna kendaraan tak bisa sembarang mengisi cairin ke sistem pendingin kendaraan model radiator. Sistem ini butuh cairan Khusus agar kinerjanya menjaga suhu mesin tetap ideal dan bekerja maksimal.
Dhany Ekasaputra, Manajer Promosi dan tim R&D Autochem Indonesia, menjelaskan atas dasar hal itu pengemudi disarankan tak memakai air kerana tau air kemasan untuk mengisi radiator, dikutip dari CNNIndonesia.com (19/8).
Ia mengatakan air keran tak dianjurkan lantaran cairan tersebut bisa jadi mengandung logam, Sementara air kemasan mengandung mineral. Kedua kandungan itu dikatakan dapat menyebabkan korosi pada komponen pendingin tersebut.
“Itu pasti ujungnya akan menempel logam dan berujung karat. Nantinya sistem itu pasti terganggu. Kemudian penggunaan air tersebut juga dapat membuat sistem tidak bekerja maksimal,” kata Dhany di GIIAS, BSD Tangerang, Rabu (16/8).
Di samping itu penggunaan air kerana tau air kemasan akan membuat mesin mengalami panas berlebihan atau over heat. Hal ini karena air memiliki titik didih pada angka 100 drajat celcius, Sementara saat mesin bekerja suhunya akan di atas 100 derajat celcius.
Kondisi ini akan membuat radiator yang merupakan bagian dari sistem pendinginan tak bekerja maksimal meredam suhu ketika kendaraan digunakan.
Jiga digunakan dalam waktu lama, cairan tersebut akan lebih mudah habus karena menguap lebih cepat dan membuat mesin overheat. Hal ini bisa merusak beberapa komponen mesin lainnya.
Jika dalam situasi terdesak, ia mengatakan paling tepat adalah pengemudi menggunakan air AC untuk untuk cairan radiator.
“Hanya saja air AC ini tidak punya kemampuan anti karat,” kata dia.
Namun demikian, Dhanny menekankan pemilik kendaraan tetap dianjurkan memakai cairan Khusus atau coolant yang memang diperuntukan untuk radiator agar komponen itu bekerja maksimal.
“Kenapa harus menggunakan coolant, karena cairan ini telah disesuaikan untuk radiator. Misalnya sebagai sistem pendingin, anti karat, bahkan menjaga usai pakai komponen tersebut,” katanya.
