Ahli Klaim El Nino Bikin Jawa Panas
arnews – Pakar Klimotologi di Badan Riset dan Invasi Nasional (BRIN) Erma Yukihastin menjelaskan sejumlah penyebab panas di jawa saat musim hujan, mulai dari fenomena EL Nino, udara kering dari Selatan Jawa hingga bibit sikon tropis di Filipina dan Samudera Pasifik Utara
menurut Erma, alasan pertama cuaca panas dan kering di musim hujan yang dirasakan Pualau Jawa adalah instrusi udara kering dari Selatan Jawa dan Austarlia yang mengalami musim panas.
“Intrusi udara kering dari Selatan Jawa dan Australia yang sedang mengalami musim panas. Udara kering itu dibawa oleh angin Selatan yang kini dominan di atas Jawa,” katanya dalam sebuah utas di X, Selasa (19/12).
Kemudian, El Nino yang semakin menguat juga menjadi alasan kedua cuaca panas ini. Jika merujuk data Badan Meterologi dan Geofisika (BMKG), Kamis (21/12) penanda fenomena El Nino yakni Southern Osclillation Index (SOI) dan NINO 3.4 tidak menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia, masing-masing bernilai -1,4 (netral) dan +1,61.
Lebih lanjut, Erma mengungkap bahwa intensitas bahwa intensitas El Nino diprediksi memuncak pada Desember hingga Januari.
“Hal ini ditandai dengan pendinginan suhu muka laut hingga lapisan termokin di dekat Papua yang semakin meluas dan menebal. Jika laut dingin maka awan dan hujan sulit terbentuk,” katanya.
Erma menyebut El Nino 2023 memiliki pola yang cukup mirip dengan yang terjadi pada 1997. Kala itu,. Terjadi deficit curah sekitar 500-700 milimeter selama Desember hingga Februari.
Kemudian, IOD positif dan MJO saat ini disebut lemah dan berada pada fase 7 di Samudra Pasifik yang menyebabkan potensi kecil terbentuknya awan di Samudra Hindia yang menuju ke Indonesia.
Penyebab terakhir adalah bibit siklon tropis di Filipina dan Samudra Pasifik Utara 18W dan 12W yang berperan menahan awan dari utara menjalar ke Selatan menuju Indonesia.
“Jadi jelas ya, tidak ada potensi aliran hujan dari utara [terhalang siklon], barat (IOD+MJO lemah) serta timur (El Nino kuat). Sedangkan dari Selatan ada perlambatan udara kering dan panas dari Australia. Inilah yang bikin panas dan kering,” tutur Erma.
Lebih lanjut, Erma mengatakan cuaca panas dan kering ini akan bertahan di Pualau Jawa setidaknya selama dasaran 2 dan 3 Desember.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mengungkap kondisi suhu panas dan cuaca Terik pada siang hari terjadi di beberapa wilayah, terutama di sekitar ekuator, yakni mayoritas di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.